Islam Berkemajuan merupakan istilah untuk menamai pandangan keagamaan Muhammadiyah. Terma tersebut mulai dikenal pada Muktamar Muhammadiyah Makassar tahun 2015, kemudian disistematisasi dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta tahun 2022, dengan dokumen bernama “Risalah Islam Berkemajuan”. Penelitian ini berupaya menggali bagaimana Islam Berkemajuan dipraktikkan dan diinterpretasikan oleh warga Muhammadiyah di Kecamatan Bajeng. Tujuan khusus kajian ini pada bagaimana praktik-pemahaman dan praktik keagamaan ini mempengaruhi dan terpengaruh oleh konteks sosial, budaya, dan politik lokal. Penelitian ini menggunakan metode etnografi, dengan teknik pengumpulan data observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Bajeng merupakan ‘Serambi Muhammadiyah’, salah satu basis kultural Muhammadiyah di Kabupaten Gowa. Indikatornya, kecamatan ini memiliki empat Cabang Muhammadiyah, padahal biasanya, di setiap kecamatan hanya ada satu cabang. Selain itu, hampir setiap terjadi perbedaan penetapan Hari Raya antara Pemerintah dan Muhammadiyah, mayoritas masyarakat, bahkan Pemerintah Kecamatan pun, lebih memilih mengikuti penetapan lebaran Muhammadiyah. Indikator lainnya, praktik fikih masyarakat muslim di sana banyak mengikuti praktik Muhammadiyah, misalnya, sebagian besar masjid yang ada di sana tidak melaksanakan praktik qunut saat Salat Subuh atau membaca basmalah dengan suara Sirr (tidak terdengar). Secara kelembagaan, Muhammadiyah di Bajeng memiliki banyak Amal Usaha dari bidang dakwah, pendidikan dan sosial, seperti masjid, sekolah, hingga panti asuhan. Temuan lain dari penelitian ini, pengajian dan pengaderan menjadi instrumen utama diseminasi pandangan Islam Berkemajuan. Meski Sebagian gagasan Islam Berkemajuan telah dipraktikkan dalam keseharian, namun sebagian besar Pimpinan dan Warga Muhammadiyah di Bajeng mengaku belum pernah membaca dokumen resmi hasil Muktamar.